TTS Goes To Museum : Ranggawarsita

(Patung Karna Tanding)


Jika anda ingin berlibur ke jawa tengah sekaligus ingin menambah ilmu pengetahuan, tak salah jika anda memasukkan Musium Ranggawarsita sebagai salah satu tujuan. 

Museum yang resmi dibuka pada 5 juli 1989 tersebut menawarkan banyak hal, tak kurang dari 59.802 buah koleksi yang terbagi menjadi 10 kategori yaitu geologi, biologika, arkeologi, historika, filologi, numismatic/heraldika, kramologika, teknologika, ethnografika dan seni rupa. Terdapat pula sebuah ruang audiovisual 3D yang memutar film  Dinosaurus and Underworld –Dinosaurus dan ikan laut purba-. Tak salah jika komunitas Turun Tangan Semarang (TTs) memilihnya sebagai destinasi pertama dalam program TTs goes to Moseum.

Nama musium sendiri diambil dari nama seorang pujangga tersohor di lingkungan keraton Surakarta, Ranggawarsita (1802-1873). Karya sastranya penuh nasehat dan petunjuk bagi bangsa Indonesia. Salah satu karya sastranya yang sangat fenomenal ialah Serat Kalathida, yang berisi nasihat bagaimana menghadapi suatu masa yang kita kenal sebagai Jaman Edan (Zaman Gila). Kalau kita ikut sistem, hati nurani tak akan tenang, namun, jika kita menolak, maka kita tak akan mendapat bagian. Para pejabat berebut harta dan kekuasaan, yang tersisa hanya kemiskinan. Ranggawarsita berpesan, sebahagia-bahagianya orang yang lalai, akan lebih baik orang yang selalu ingat dan waspada.

Musium yang menempati tanah seluas 8438 meter persegi di Jl. Abdulrahman Saleh No. 1 Semarang ini sangat mudah diakses dari beberapa arah. Berada persis di samping simpang enam Kalibanteng. Dekat dengan bandara internasional Ahmad Yani, objek wisata klenteng Sam Poo Kong dan hanya beberapa menit dari tugu muda menuju barat arah Jakarta.

(pendopo musium)

Memasuki kawasan musium anda akan disuguhi pemandangan khas pendopo keraton. Disana terdapat sebuah patung Ranggawarsita beserta beberapa informasi tentang wisata jawa tengah dan khususnya informasi mengenai Musium Ranggawarsita itu sendiri. Sebelah timur pendopo terdapat sebuah patung Karna Tanding, yang terinspirasi oleh kisah Mahabarata karya Jhony Srihardi, seniman asal Purwodadi. Biaya masuk terhitung sangat murah, sebesar 4.000 rupiah bagi pengunjung dewasa, dan harga spesial untuk pelajar dan anak-anak.

Oke.. Let’s enjoy this expedition.. Begitu memasuki ruangan utama pameran, anda akan dipersilahkan memilih pintu masuk ke gedung pameran A, B, C atau D, mau ke lantai bawah atau atas. Kami memilih untuk memulainya dari lantai bawah –lantai satu– yang berisikan koleksi geologi, biologika serta arkeologi. Disana kami menjumpai sebuah fosil gading gajah sepanjang kurang lebih 2 meter yang di temukan di daerah kabupaten Demak. Beberapa replika Gajah, Goa tempat tinggal manusia purba serta miniatur perkampungan purba menjadi daya tarik tersendiri.

(salah satu relawan TTs berpose di depan replika gajah)

Rupanya kedatangan kami saat itu sangat kurang tepat. Gedung C yang berisi koleksi Ethnografika dan ruang pameran koleksi emas sedang dalam proses perbaikan. Untuk menutupi kekecewaan, kami bergegas menuju lantai atas. Lantai dua menawarkan beberapa koleksi benda-benda seputar budaya nusantara khususnya budaya jawa tengah. Seperti alat musik, senjata tradisional, pakaian, wayang, miniatur rumah, alat-alat pertanian kuno, serta beberapa koleksi benda keramologika.

Selesai berkeliling lantai atas, kami menuruni tangga untuk melihat-lihat koleksi teknologika dan filologi. Seperti foto-foto kemajuan pembangunan jawa tengah dari masa ke masa. Salah satunya pembangunan mega proyek waduk Kedung Ombo. Dan yang tak kalah menarik adalah koleksi mata uang sejak penjajahan Belanda, Jepang, masa kemerdekaan, agresi militer Belanda, hingga era reformasi.

Tak terasa, pintu keluar sudah terlihat beberapa meter di depan. Ekspedisi musium Ranggawarsita ditutup oleh sebuah koleksi ukiran kayu dari jepara. Detail ukiran yang sungguh menawan mengisahkan kisah Rama dan Sinta melawan niat jahat Rahwana. Menukil penggalan cerita dari kisah Ramayana.

Kami keluar gedung pameran sekitar pukul 14.00, sesaat sebelum musium benar-benar ditutup. Karena kami kesana pada hari minggu, kalau saja di hari diantara senin sampai sabtu, musium buka dari pukul 08.00 sampai 16.00, mungkin kami akan lebih lama disana. Sungguh, ekspedisi yang sangat menyenangkan, menambah cakrawala keilmuan, seraya menumbuhkan kembali kecintaan terhadap kearifan lokal.

Sejarah mengajarkan banyak hal kepada generasi sekarang. Sebuah bangsa akan kehilangan jatidiri jika melupakan sejarah. Dan hal tersebut diawali dengan meminggirkan musium. Kata Soekarno, “jangan sekali-kali melupakan sejarah.” Memang benar adanya.

Mengingat kembali sejarah bisa dilakukan dengan berbagai cara, dan cara Turun Tangan Semarang untuk merealisasikannya ialah dengan “Goes To Museum”. Itu cara kami, bagaimana dengan kalian?. #marikemusium





© Copyright 2014. Turun Tangan Semarang. Template Wahyu Nur Rohim