• A boat with beautiful sunset.
  • Tree in field with blue sky.
  • Amaizing sunrise moment
" });
Turun Tangan Semarang. Powered by Blogger.

Blog Turun Tangan Semarang

Catatan Relawan Turun Tangan

Wajah Relawan Turun Tangan Semarang

Hallloooo kawan Relawan, kalian yang masih belum tau apa itu turun tangan, bisa baca informasi seputar Turun Tangan di blog kami. Tujuan kami baik, berpartisipasi dalam mewujudkan janji kemerdekaan. Tertarik untuk gabung? 

Mungkin ini akan kami share beberapa kegiatan kami dan seperti apa sih wajah - wajah anak Turun Tangan regional Semarang.

Berikut beberapa diantaranya...

Mengajar
Masuk Trans TV

Bedah Buku

Kopdar

Kopdar dan Beberapa Aksi

Temu Turun Tangan Pusat




TTS Goes to Museum : Mandala Bhakti

Sabtu 8 November 2014 lalu kami rombongan Turun Tangan Semarang berkesempatan untuk mengunjungi salah satu museum yang dimiliki kota Semarang. Kunjungan kali ini melanjutkan kunjungan museum setelah beberapa bulan yang lalu kita berkunjung ke museum Ranggawarsita. Masih dalam satu bingkai tema yang sama, Turun Tangan Goes to Museum. Selain pengetahuan, Museum Perjuangan Mandala Bhakti juga memberikan kami pelajaran berharga, betapa tinggi sebuah nilai perjuangan dan kemerdekaan.

Museum Mandala Bhakti terletak di jalan Mgr Soegijapranata, persis menghadap monumen Tugu Muda, Semarang. Sepintas corak bangunan sangat kental dengan unsur arsitektur gaya eropa, laiknya gaya arsitektur bangunan peninggalan Belanda lainnya. Sejarahnya, gedung berlantai dua tersebut memang diperuntukkan sebagai gedung pengadilan tinggi (Raad van Justitie) rakyat eropa di semarang pada awal tahun 1900an. Baru pada tahun 1950an bangunan karya Ir. Kuhr E tersebut dialih fungsikan menjadi markas besar komando wilayah pertahanan II oleh kodam IV Diponegoro.

Sejarah mencatat, gedung bersejarah nan penuh nilai perjuangan tersebut kembali dialih fungsikan menjadi sebuah museum perjuangan TNI dalam upaya mempertahankan kedaulatan NKRI pada hari jum’at, 1 Maret 1985 oleh Mayor Jenderal TNI saat itu, Mayjen Soegiarto. Oleh karena itu, nuansa kemiliteran sangat terasa begitu melekat ketika anda mulai memasuki kawasan museum. Bahkan begitu kita menginjakkan kaki langsung disambut oleh beberapa senjata militer bukti kebesaran tentara nasional Indonesia.

Suasana di dalam museum cukup nyaman, begitu masuk melalui pintu utama, anda akan melihat sebuah tangga menuju lantai kedua, di ujung tangga tersebut nampak sebuah patung yang seolah menyambut kedatangan. Ia seorang jenderal yang diagungkan oleh seluruh keluarga besar TNI, padahal ia hanya seorang guru, jauh dari latar belakang militer. Ia lah jenderal Soedirman, seorang guru penuh wibawa dan kebijaksanaan, ia mampu merangkul segenap pejuang (tentara cikal bakal TNI) untuk berjuang segenap hati penuh pengorbanan dan pengabdian demi satu tujuan, tegaknya negara kesatuan Republik Indonesia.

***


Tur kita dimulai dari lantai pertama dan memasuki sebuah ruangan yang menyimpan beberapa koleksi senjata beserta perlengkapannya, mulai dari senjata tradisional seperti keris dan bambu runcing, senjata hasil rampasan tentara belanda maupun jepang, sampai senjata buatan dalam negeri oleh Pindad. Salah satu dari kami berkesempatan untuk mencoba salah satu senjata koleksi museum yang masih berfungsi dengan baik. Selesai melihat koleksi senjata militer, kita diajak bernostalgia pada saat pertempuran lima hari di semarang. Dari kisah kematian dr. Karyadi hingga terlucutinya tentara jepang oleh pejuang kemerdekaan.



Masih dilantai satu, sebelah timur gedung menyimpan beberapa koleksi senjata militer yang jauh lebih besar, seperti tank panser, mobil tempur yang telah dilengkapi peralatan komunikasi serta beberapa senjata pelontar jarak jauh buatan Rusia. Beberapa senjata masih berfungsi dan setiap pengunjung dipersilahkan untuk mencobanya.

Puas dilantai pertama, langsung kita diajak oleh bapak TNI pemandu museum menuju lantai dua. Bertatap muka dengan “jenderal Soedirman”, Bapak Tentara Nasional Indonesia. Persis dibelakang patung terdapat sebuah ruangan cukup terbuka, nampak seperti sebuah auditorium kecil, disebelah pojok kanan dalam terdapat sebuah pintu masuk ke sebuah ruangan. Ruangan lebar dengan sebuah meja kerja dan beberapa buah kursi empuk dan meja kaca tertata rapi di depannya. Di sepanjang dinding terdapat tiga belas buah foto jenderal yang pernah menggunakan ruangan tersebut sebagai ruang kerja, rapat dan menerima tamu. Salah satu jenderal tersebut ialah Mayjen Soeharto. Presiden kedua Republik Indonesia.


Selesai mengunjungi ruang sidang para jenderal, kita dibawa menuju beberapa koleksi museum seperti koleksi beberapa diorama perjuanan TNI dalam menghadapi peperangan, upaya pemberontakan, seperti RMS, Andi Aziz, DI/TII, PKI dan lain-lain. Khusus PKI, terdapat satu ruangan khusus yang memperlihatkan bagaimana gigihnya TNI menghadapi upaya kudeta partai Komunis terhadap pemerintahan presiden Soekarno saat itu. Beberapa benda seperti batu dan palu konon digunakan oleh PKI untuk menginterograsi petinggi TNI. Mitos pencongkelan mata oleh aktivis PKI pun mampu kita lihat disana, baru pertama kali saya menyaksikan seperti apa alat mengerikan tersebut. Hingga TNI begitu mewanti-wanti agar kita mewaspadai segala bentuk PKI.

Setelah berkeliling dan terakhir mengunjungi koleksi pernak pernik seputar TNI, mulai dari lambang, tanda bintang kehormatan dan beberapa koleksi pakaian dinas keluarga besar TNI. Tur kami diakhiri dengan penjelasan sebuah kendi besar bukti kedekatan TNI AU, AL dan AD dengan masyarakat dan sekali lagi, pemandu kembali mengutarakan kebesaran seorang Jenderal Besar Soedirman. Dedikasi yang patut kita contoh sebagai golongan muda yang mencintai NKRI.

Semoga dari sedikit ulasan kami mampu merepresentasikan wajah museum Mandala Bhakti. Kalian yang ingin berkunjung bisa langsung datang pada hari selasa – sabtu, pukul 09.00 – 15.00, minggu dan senin libur. Nantikan liputan kami di museum – museum selanjutnya. See you. We love museum. Turun Tangan Goes to Museum.

#WeLoveMuseum #AyokeMuseum

TTS Goes To Museum : Ranggawarsita

(Patung Karna Tanding)


Jika anda ingin berlibur ke jawa tengah sekaligus ingin menambah ilmu pengetahuan, tak salah jika anda memasukkan Musium Ranggawarsita sebagai salah satu tujuan. 

Museum yang resmi dibuka pada 5 juli 1989 tersebut menawarkan banyak hal, tak kurang dari 59.802 buah koleksi yang terbagi menjadi 10 kategori yaitu geologi, biologika, arkeologi, historika, filologi, numismatic/heraldika, kramologika, teknologika, ethnografika dan seni rupa. Terdapat pula sebuah ruang audiovisual 3D yang memutar film  Dinosaurus and Underworld –Dinosaurus dan ikan laut purba-. Tak salah jika komunitas Turun Tangan Semarang (TTs) memilihnya sebagai destinasi pertama dalam program TTs goes to Moseum.

Nama musium sendiri diambil dari nama seorang pujangga tersohor di lingkungan keraton Surakarta, Ranggawarsita (1802-1873). Karya sastranya penuh nasehat dan petunjuk bagi bangsa Indonesia. Salah satu karya sastranya yang sangat fenomenal ialah Serat Kalathida, yang berisi nasihat bagaimana menghadapi suatu masa yang kita kenal sebagai Jaman Edan (Zaman Gila). Kalau kita ikut sistem, hati nurani tak akan tenang, namun, jika kita menolak, maka kita tak akan mendapat bagian. Para pejabat berebut harta dan kekuasaan, yang tersisa hanya kemiskinan. Ranggawarsita berpesan, sebahagia-bahagianya orang yang lalai, akan lebih baik orang yang selalu ingat dan waspada.

Musium yang menempati tanah seluas 8438 meter persegi di Jl. Abdulrahman Saleh No. 1 Semarang ini sangat mudah diakses dari beberapa arah. Berada persis di samping simpang enam Kalibanteng. Dekat dengan bandara internasional Ahmad Yani, objek wisata klenteng Sam Poo Kong dan hanya beberapa menit dari tugu muda menuju barat arah Jakarta.

(pendopo musium)

Memasuki kawasan musium anda akan disuguhi pemandangan khas pendopo keraton. Disana terdapat sebuah patung Ranggawarsita beserta beberapa informasi tentang wisata jawa tengah dan khususnya informasi mengenai Musium Ranggawarsita itu sendiri. Sebelah timur pendopo terdapat sebuah patung Karna Tanding, yang terinspirasi oleh kisah Mahabarata karya Jhony Srihardi, seniman asal Purwodadi. Biaya masuk terhitung sangat murah, sebesar 4.000 rupiah bagi pengunjung dewasa, dan harga spesial untuk pelajar dan anak-anak.

Oke.. Let’s enjoy this expedition.. Begitu memasuki ruangan utama pameran, anda akan dipersilahkan memilih pintu masuk ke gedung pameran A, B, C atau D, mau ke lantai bawah atau atas. Kami memilih untuk memulainya dari lantai bawah –lantai satu– yang berisikan koleksi geologi, biologika serta arkeologi. Disana kami menjumpai sebuah fosil gading gajah sepanjang kurang lebih 2 meter yang di temukan di daerah kabupaten Demak. Beberapa replika Gajah, Goa tempat tinggal manusia purba serta miniatur perkampungan purba menjadi daya tarik tersendiri.

(salah satu relawan TTs berpose di depan replika gajah)

Rupanya kedatangan kami saat itu sangat kurang tepat. Gedung C yang berisi koleksi Ethnografika dan ruang pameran koleksi emas sedang dalam proses perbaikan. Untuk menutupi kekecewaan, kami bergegas menuju lantai atas. Lantai dua menawarkan beberapa koleksi benda-benda seputar budaya nusantara khususnya budaya jawa tengah. Seperti alat musik, senjata tradisional, pakaian, wayang, miniatur rumah, alat-alat pertanian kuno, serta beberapa koleksi benda keramologika.

Selesai berkeliling lantai atas, kami menuruni tangga untuk melihat-lihat koleksi teknologika dan filologi. Seperti foto-foto kemajuan pembangunan jawa tengah dari masa ke masa. Salah satunya pembangunan mega proyek waduk Kedung Ombo. Dan yang tak kalah menarik adalah koleksi mata uang sejak penjajahan Belanda, Jepang, masa kemerdekaan, agresi militer Belanda, hingga era reformasi.

Tak terasa, pintu keluar sudah terlihat beberapa meter di depan. Ekspedisi musium Ranggawarsita ditutup oleh sebuah koleksi ukiran kayu dari jepara. Detail ukiran yang sungguh menawan mengisahkan kisah Rama dan Sinta melawan niat jahat Rahwana. Menukil penggalan cerita dari kisah Ramayana.

Kami keluar gedung pameran sekitar pukul 14.00, sesaat sebelum musium benar-benar ditutup. Karena kami kesana pada hari minggu, kalau saja di hari diantara senin sampai sabtu, musium buka dari pukul 08.00 sampai 16.00, mungkin kami akan lebih lama disana. Sungguh, ekspedisi yang sangat menyenangkan, menambah cakrawala keilmuan, seraya menumbuhkan kembali kecintaan terhadap kearifan lokal.

Sejarah mengajarkan banyak hal kepada generasi sekarang. Sebuah bangsa akan kehilangan jatidiri jika melupakan sejarah. Dan hal tersebut diawali dengan meminggirkan musium. Kata Soekarno, “jangan sekali-kali melupakan sejarah.” Memang benar adanya.

Mengingat kembali sejarah bisa dilakukan dengan berbagai cara, dan cara Turun Tangan Semarang untuk merealisasikannya ialah dengan “Goes To Museum”. Itu cara kami, bagaimana dengan kalian?. #marikemusium





Semarang Menginspirasi


Minggu siang 15 Juni 2014, teman-teman relawan Turun Tangan Semarang bersama adik-adik dari Randusari menghabiskan waktu bersama di Taman Banjir Kanal Barat. Acara yang semula direncanakan mulai pukul 13.00 akhirnya baru terlaksana pukul 14.00 karena ada beberapa keterlambatan dalam mencari transportasi. Walaupun menunggu agak lama, adik-adik di Randusari tetap semangat mengikuti acara “Semarang Menginspirasi”. 

Tujuan dari acara ini adalah ingin memberi hiburan yang positif untuk adik-adik yang baru melaksanakan ujian sekolah. Kegiatan ini juga bertujuan untuk memotivasi adik-adik agar tetap semangat belajar dan mewujudkan cita-citanya. Acara dibuka oleh dua orang kakak yang keren dan kece yaitu Kak Dhika dan Kak Fitri. Diawali dengan aneka macam tepuk-tepuk semangat yang bisa menambah keceriaan adik-adik dan kakak-kakak pendamping tentunya.

Pemateri dalam “Semarang Menginspirasi” yang pertama adalah Kak Dian, seorang dosen muda di salah satu perguruan tinggi di Semarang ini mengenalkan tentang Sejarah Komputer. Mulai dari jenis komputer yang sebesar gedung sekolah, sampai komputer yang bisa kita genggam. Adik-adik juga diajak bermain dengan mencari alat-alat dalam suatu kardus yang bisa dikategorikan dalam jenis komputer antara lain ada kalkulator dan hand phone. Mereka mendengarkan penjelasan dari Kak Dian dengan antusias dan senang karena mendapatkan hadiah saat permainan usai.

Pemateri kedua adalah Kak Farhan, seorang mahasiswa dari Universitas Negeri Semarang ini sangat bersemangat sekali menyampaikan nilai-nilai positif dengan suatu permainan. Permainannya yaitu Mencari Apel Emas.  Di akhir permainan Kak Farhan mengeluarkan  dua buah apel yang berukuran besar dan kecil. Adik-adik disuruh memilih diantara kedua apel tersebut. Sudah pasti apel besarlah yang dipilih oleh adik-adik. Kemudian Kak Farhan membelah kedua apel secara melintang. Dan apa yang terjadi? Ternyata di dalam kedua apel itu terdapat bentuk bintang yang tersusun dari biji-biji apel. Baik apel yang besar maupun yang kecil, keduanya sama-sama memiliki bintang di dalamnya. 

Pelajaran yang bisa diambil adalah jangan menilai sesuatu dari bentuk luarnya saja, karena setiap ciptaan Tuhan pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kak Farhan membimbing adik-adik untuk mengeluarkan bintang yang ada di dalam dirinya. Ada yang suka membantu orang tua, ada yang suka menolong dan berbagi bersama teman yang lain. Indah sekali bukan jika kita bisa mengeluarkan bintang dari diri kita masing-masing dan bisa bermanfaat untuk banyak orang. J

Pemateri selanjutnya adalah Kak Fitri atau biasa dipanggil Kak Zahrana, seorang mahasiswi dari Universitas Sultan Agung ini sangat pandai mengajak adik-adik untuk berbicara bahasa Inggris. Sesuai dengan bidang ilmu yang ditekuninya, Kak Fitri mengenalkan kepada adik-adik nama-nama anggota badan dengan menggunakan Bahasa Inggris, mulai dari ujung rambut sampai ujung jari. Adik-adik senang saat ditunjuk untuk maju dan menghafalkan nama-nama anggota badan satu per satu. 

Setelah ketiga pemateri selesai, adik-adik diajak bermain puzzle Peta Indonesia, dipandu oleh Kak Ener dan Kak Indri. Menyusun Peta Indonesia ternyata tidak semudah yang dibayangkan, karena adik-adik masih kesulitan maka kakak-kakak pendamping banyak yang membantu. Ada juga permainan “Benar-Salah” dan “Kemana Angin Berhembus” yang dipandu oleh Kak Adhita. Adik-adik sangat ceria selama permainan berlangsung.

Waktu menunjukkan pukul 15.30 saat permainan usai dan acara “Semarang Menginspirasi” ditutup dengan menuliskan cita-cita dan harapan adik-adik, lalu ditempelkan di balon cita-cita. Bukan hanya adik-adik saja yang menuliskan cita-cita dan harapannya, kakak-kakak pendamping juga tak mau ketinggalan, ikut berebut kertas dan spidol untuk menulis. Ada yang menulis ingin menjadi guru, pemain sepak bola, dan ada juga yang menulis ingin cepat lulus kuliah dan menjadi dosen seperti Kak Dian. Balon cita-cita diterbangkan bersama dengan doa dan harapan kita semoga kita semua bisa mengejar balon cita-cita itu walaupun sudah terbang tinggi di langit, kita pasti bisa mencapainya dan menggenggamnya kembali. Seperti lirik lagu di akhir acara ini,

“Aku bisa, aku pasti bisa, ku harus terus berusaha”

“Bila ku gagal itu tak mengapa, setidaknya ku tlah mencoba.”

“Aku bisa, aku pasti bisa, ku tak mau berputus asa.”

“Coba terus coba sampai ku bisa, aku pasti bisaaa...!”



Di tulis oleh Kinanti Anggraeni

Dibangunkan Anies



Sudah cukup lama kami tertidur.
Tertidur dan bermimpi Negeri ini kembali hijau seperti sawah di tanah Nusantara.
Semua itu hanya mimpi. Mimpi yang tak akan terjadi jika kita hanya berdiam diri, tertidur dan bermimpi. Semua butuh pergerakan yang kolosal, pengorbanan dan perjuangan. Kita sadar, selama ini kita terbuai oleh pujian-pujian bahwa negeri kita gemah ripah lohjinawi, subur, kaya serta makmur. Selama ini kita tertidur.
Kita tak sadar bahwa diluar sana, dentuman suara peluru masih bisa terdengar jelas diantara orang yang hanya bisa melolongkan harapan. Orang-orang yang “katanya” merdeka pun sibuk mengayuh kakinya meninggalkan orang tak merdeka dan mengasingkan diri dari sapaan. Selama ini kita tertidur.
Namun tertidurnya kami pada akhirnya ada yang membangunkan. Dia mengajak kami tak lagi “mengutuk kegelapan didalam kegelapan”. Dia mengajak kami untuk bangun dan bergerak turun tangan bersama mewujudkan mimpi Indonesia yang sehat,makmur dan terdidik. Dia yang mengajak kami untuk ikut andil menyelesaikan masalah negeri ini bersama-sama, tak mengajarkan untuk pandai mengkritik tapi mengajarkan kami untuk pandai bergerak. Dia adalah Anies Baswedan, seorang akademisi yang lahir di Kuningan dan besar di Yogyakarta.
Dia pemimpin tapi bukan hanya pemimpin melainkan seorang pemimpin yang menggerakkan. Indonesia yang kami sayangi ini bukan hanya butuh pemimpin yang hanya bisa memimpin namun pemimpin yang bisa menjadi penggerak, role model bagi warganya, inspiratif, problem solver dan visioner.
Dia pemimpin yang menggerakkan. Terbukti sudah lebih dari 18 ribu orang di Indonesia tergerak dan mau turun tangan ikut menyelesaikan masalah yang ada. Kami tak di imingi uang, kami bergerak dengan sadar dan percaya bahwa negeri ini harus kembali ke pangkuan ibu pertiwi. Dan kami pun paham masalah di negeri yang luas ini tak akan selesai jika hanya pemerintah saja yang menyelasaikan. Butuh orang-orang banyak untuk menyelesaikanya. Ibaratnya seperti sapu lidi, sapu lidi tak akan bisa membersihkan kotoran hanya dengan satu batang lidi saja, namun kotoran dapat kita bersihkan dengan banyaknya batang lidi yang terikat kuat dan bersatu padu.
Dan seperti kata dia :
“lihat ada masalah, jangan panggil orang lain untuk turun tangan menyelesaikanya tapi panggil diri kita sendiri untuk turun tangan langsung menyelesaikanya”
Dengan kata-kata seperti diatas, kami sempat malu. Selama ini kami menjadi pribadi yang sibuk memanggil, sibuk mencari dan sibuk berharap kepada pemerintah untuk cepat dan sigap menyelesaikan masalah yang ada.
Dia Anies Baswedan membangunkan kami yang selama ini tertidur, kami yang terbuai pujian mengajak untuk turun tangan langsung menyelesaikan masalah negara bersama-sama, bergerak maju, pantang pulang sebelum api padam. Pantang tersenyum simpul sebelum dapur mengepul.
Kami mencintai negeri ini, kami tak mau negeri ini gelap lagi, kamipun tak mau negeri ini mati hanya karena orang lebih memilih sibuk mencaci bukan berbenah diri.
Ikutlah bersama kami menjadi bagian dari 18 ribu orang baik yang siap untuk turun tangan. Ikutlah bersama kami, menjadi pribadi yang mau berbenah diri untuk negeri, ikutlah bersama kami, menjadi pejuang melunasi janji kemerdekaan!
Saya memilih turun tangan bersama Anies Baswedan untuk Indonesia 2014

Melunasi Janji Kemerdekaan


***

Sore tadi (minggu, 4 mei 2014) aku mendapat beberapa hal menarik di Gramedia Pemuda, kota Semarang. Biasanya aku kesana untuk sekedar membaca dan mengAutiskan diri dengan membaca sinopsis setiap buku yang bercover menarik. Namun, kali ini aku kesana bukan karena hal monoton itu. Tetapi karena ada sebuah acara bedah buku yang diselenggarakan oleh komunitas Turun Tangan Semarang dengan tajuk safari buku. Buku yang dimaksud adalah buku “Melunasi Janji Kemerdekaan”.

Pembicara ada tiga orang. Pertama adalah mbak Dian, seorang dosen USM dan juga salah seorang relawan Turun Tangan Semarang. Kedua ada bapak Sapto. Seorang lelaki uzur yang berprofesi sebagai seorang wartawan senior. Ketiga. Tentu ini yang membuat kita terus menunggu. Muhammad Husnil. Penulis buku tersebut.

Buku karangan Muhammad Husnil tersebut merupakan sebuah buku biografi seorang tokoh muda Indonesia. Seorang rektor termuda di Indonesia. Ia menempati 500 tokoh muslim berpengaruh di dunia, versi sebuah studi riset berbasis di negara Yordania. Ia penggagas sebuah gerakan Indonesia Mengajar. Kemudian komunitas Turun Tangan, yang bertagline, daripada urun angan dan lipat tangan, kita lebih memilih turun tangan.

Yahhh, belum disebutin. Hehe. Tentu kalian sudah hampir mengetahui sosok lelaki kelahiran kuningan dan tumbuh kembang dikota Jogja tersebut. Ia bernama lengkap Anies Rasyid Baswedan. Cucu AR Baswedan, pahlawan kemerdekaan pendiri Persatuan Arab Indonesia, organisasi antar orang keturunan arab dengan satu tujuan, proklamasi kemerdekaan Indonesia.

***
Dari tiga kata dalam judul buku tersebut, sudah mampu kita terka apa maksud dari seorang emhusnil –sapaan akrab– mengarang buku biografi tersebut. Ia ingin menyampaikan beberapa fakta-fakta menarik dari diri seorang Anies Baswedan. Dan yang paling membuat saya teringat-ingat sampai saya menulis artikel ini adalah perihal esensi dari sebuah kemerdekaan.

Anies adalah seorang yang secara pendidikan telah mendapatkan segalanya hingga gelar Doktor pun telah ia pegang. Selama ini ia merasa nyaman, tenteram dan aman untuk beraktifitas. Ia juga merasa mendapatkan berbagai kecukupan, bahkan bisa dikatakan telah mendapatkan berbagai kesejahteraan baik jasmani maupun rohani.

Kemudian ia berfikir. Apakah yang telah ia dapatkan, dirasakan pula oleh semua orang dipelosok nusantara?. Tidak perlu jauh-jauh. Bahkan, mereka yang dekat dengan Anies (tetangga di kota Jogja) tak luput dari kekurangan keadaan. Seolah janji kemerdekaan berupa terlindungi, tercerdaskan dan tersejahterakan oleh negara hanya sebuah pepesan kosong. Tak dirasakan oleh segenap rakyat Indonesia.

Oleh karena itu, Anies mengajak kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk bahu menbahu bersama, turun tangan langsung untuk menyelesaikan berbagai macam persoalan yang bermunculan bak jamur dimusim dingin. Dan melupakan cara lama yang hanya sekedar urun angan dan lipat tangan. Sudah saatnya turun tangan menyelesaikan yang sudah seharusnya kita selesaikan. Ya, melalui tindakan nyata.

Karena Indonesia bukan Anies. Anies juga tak akan mampu untuk menyelesaikannya sendiri. Jika ia hendak menyelesaikannya sendiri, berarti ia bagian dari masalah. Namun itu tak dilakukan oleh penggemar serial super hero The Avenger tersebut. Ia terus berusaha mengajak semua orang yang masih memiliki kepedulian dan optimis dengan nasib bangsa untuk sama-sama bekerja keras memperbaiki bangsa. Semua dimulai dari hal kecil dan diri sendiri.

***
Yang telah berani untuk berjanji tentu harus berani pula menepati. Terlindungi, tercerdaskan dan tersejahterakan adalah hak tiap warga negara Indonesia. Dan yang memiliki kewajiban untuk melakukannya bukan-lah pemerintah saja, namun setiap warga negara yang masih memiliki kepedulian, terlebih mereka yang telah merasa terlindungi, tercerdaskan dan tersejahterakan.

Salam dari kawan Relawan Turun Tangan kota Semarang, Jawa Tengah. Salam.


Diambil dari http://www.wahyusentun.com/2014/05/melunasi-janji-kemerdekaan.html 
© Copyright 2014. Turun Tangan Semarang. Template Wahyu Nur Rohim